Lebaran hari keempat, Sebagian kami dari Markiz Aisyah menghadiri “Multaqo Salafiyyah,” sebuah acara ramah tamah bersama masyaikh Aden yang dilaksanakan di Masjid al-Khair, Mu’alla.
Acara dimulai selepas salat asar. Tatkala kami sampai di masjid, terlihat Syaikh Shalah Kantusy hafizhahullah tengah menyampaikan beberapa nasehat.
Di antara poin menarik yang beliau sampaikan adalah:
Hendaknya kita berusaha menjaga keistiqamahan kita dalam ketaatan kepada Allah.
Bagaimana caranya?
Caranya ialah dengan memperbanyak amalan sunnah..
Kenapa begitu? Apa kaitannya?
Diriwayatkan dalam sebuah hadits qudsi, bahwa Allah taala berfirman:
“Tidaklah hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan amalan nafilah kecuali aku akan mencintainya.
Apabila Aku telah mencintainya maka Aku akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan, dan kakinya. (Yakni menjaga anggota badannya dan membimbingnya kepada keridaan Allah).”
Demikian pula diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Rabi’ah pelayan beliau:
“Apa yg kamu inginkan?”
“Menjadi kawanmu di surga.”
“Apakah ada yang lain?”
“Itu merupakan cita-cita tertinggiku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda
“Kalau begitu bantulah aku untuk mengabulkan permintaanmu dengan banyak ruku’ dan sujud (solat sunnah).”
Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa menjaga amalan-amalan sunnah menjadi salah satu kunci keistiqoamahan kita dalam ketaatan kepada Allah.
Setelah mendengarkan nasihat, kami naik ke lantai dua masjid. Di sana, telah disediakan mikrofon dan kursi untuk pembicara. Syaikh Shalah hafizhahullah kembali memberikan tausiah, kali ini tentang pentingnya persaudaraan, persatuan Islam dan nilai-nilai yang terkandung padanya.
Beliau juga menyampaikan tujuan dan manfaat dari pertemuan seperti ini. Di antaranya agar para syabab salafi dapat saling berkenalan, saling menyapa, dan bertukar kabar; bisa jadi ada saudaranya yang membutuhkan, sekaligus sebagai sarana menghibur diri.
“Pertemuan seperti ini bertujuan mengenalkan para ikhwah sekalian satu dengan yang lain. Termasuk kesalahan: seorang berkumpul dan bergaul hanya dengan teman tertentu saja.”
Acara berikutnya adalah makan-makan ringan, ada biskuit, syahi halib (teh susu), dan beberapa makanan khas Yaman.
Tadi saat menyampaikan tausiyah, Syaikh Shalah juga mengingatkan agar saat menyantap jamuan, diharapkan masing-masing duduk dengan orang yang tidak dikenalnya, agar saling berkenalan.
Kemudian dilanjutkan dengan tausiah Syaikh Zakariya bin Syuaib hafizhahullah, beliau berbicara tentang persuadaraan karena Allah, urgensi saling menyayangi, dan pentingnya akhlak yang mulia di masa ini.
Acara ditutup dengan serangkaian tausiah mulai bakda magrib hingga menjelang salat isya yang disampaikan oleh para masyaikh dan mustafidin, di antaranya al-Akh Usamah al-Adeni.
Senang rasanya menyaksikan syabab dan juga masyaikh berkumpul barsama. Dua syaikh yang hadir: Syaikh Shalah Kantusy dan Syaikh Zakariya, mereka betul-betul ramah menyambut uluran salam, mu’anaqoh, mengucapkan selamat Idul Fitri, bertanya kabar dan berbincang bersama para muridnya. Suasana lebaran yang benar-benar istimewa.


