Telah berlalu beberapa waktu, sebagian kami tinggal di kota Madinah untuk melakukan umrah, memperbanyak ibadah, dan mengikuti durus masyaikh semisal Syaikh Abdullah al-Bukhari, Syaikh Adil ar-Ruhaili, dan masyaikh lainnya hafizhahumullah. Kini, sudah waktunya kami kembali ke markiz tercinta.
Berat rasanya meninggalkan tanah suci Madinah yang memiliki banyak keutamaan. Di antaranya sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
لَا يَصْبِرُ عَلَى لَأْوَاءِ الْمَدِينَةِ ، وَشِدَّتِهَا أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي ، إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، أَوْ شَهِيدًا
“Tidaklah seorang pun dari umatku bersabar atas bencana dan kesusahan yang menimpanya di kota Madinah, melainkan kelak aku akan menjadi pemberi syafaat atau saksi baginya di Hari Kiamat.” (HR Muslim)
Berat pula rasanya meninggalkan Masjid Nabawi yang memiliki keutamaan besar sebagaimana sabda Nabi :
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ ، إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
‘‘Sekali salat di masjidku ini lebih baik daripada seribu kali salat di masjid-masjid lainnya kecuali Masjidil Haram.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ditambah suasana di dalamnya, di mana bila seseorang beribadah di sana akan merasakan ketenangan, seakan-akan tidak ingin keluar darinya, demikian pula adanya halaqah-halaqah tahfizhul Quran menambah rasa haru yang mendalam.
Kami memulai perjalanan kembali ke Markiz pada hari Senin jam 4:00 dini hari, bertepatan dengan tanggal 9 Syawal 1446 H dari kota Madinah menuju Jeddah, menggunakan sebuah bis yang memakan waktu perjalanan ± 6 jam.
Kemudian kami turun dan berganti bis yang akan mengantarkan ke Aden, Yaman. Sebelum bis melakukan perjalanan panjang melewati padang pasir yang sangat luas, bis kami singgah di kota Makkah untuk menjemput beberapa penumpang yang akan menuju Yaman.
Perjalanan dilanjutkan, saat kami terus menjauh meninggalkan kota Makkah, terlihat dari kejauhan jam besar di atas gedung Zam-Zam Tower, menunjukkan lokasi Masjidil Haram dan Baitullah Ka’bah. Suasana yang begitu haru dan sedih meninggalkan tanah suci dan kiblat kaum muslimin di seluruh dunia.
Setelah perjalanan dua hari dua malam, akhirnya kami sampai di Markiz Aisyah pada Rabu, 10 Syawal 1446 H. Masih ada beberapa teman kami yang berada di Madinah, dalam beberapa hari ke depan mereka juga akan menyusul pulang insyaallah.
Semoga Allah Taala selalu memberikan keistiqamahan kepada kita semua dalam melakukan ketaatan kepada-Nya. Amin.


