1 November 2025 18:50

Matahari mulai bewarna kuning emas di atas hamparan gurun luas. Angin berembus pelan, atau lenyap sama sekali, menyisakan hawa panas tak tertahankan kalau bukan karena kipas angin yang tak henti menyala di atas kami.

Sore ini, setelah hampir setahun berlalu, pada akhirnya kami menamatkan pelajaran manzumah al-Faraidul Bahiyyah karya Abu Bakar al-Ahdal (1035 H) di hadapan Syaikhuna Abbas al-Jaunah hafizhahullah.

Gembira, haru, sekaligus cemas meliputi kami saat Syaikh Abbas sampai pada penjelasan bait terakhir manzumah. Gembira karena tambahan ilmu yang Allah berikan, haru penuh rasa syukur mengingat jasa besar Syaikh Abbas yang telah melimpahkan ilmunya untuk kami. Terakhir, cemas akan konsekuensi dari ilmu ini bila kami tak mampu memikulnya dengan baik.

Tetapi bagaimana pun, kata Syaikh Abbas, “Sekadar menuntut ilmu saja, itu sudah merupakan ibadah, bahkan termasuk ibadah yang paling mulia, baik kita berhasil mendapatkan ilmu ataupun tidak.”

Di akhir pertemuan ini, beliau menasihatkan untuk terus belajar dan menjadi pembelajar, menjadikan kata-kata Imam Ahmad sebagai motto hidup yang senantiasa menjadi pedoman, “Terus bersama tempat tinta, hingga ke pusara.”

Karena dalam 10 tahun ke depan, generasi muda inilah yang akan mengisi jabatan-jabatan strategis di negerinya, menjadi garda terdepan dalam mendakwahkan Islam kepada umat manusia.

“Sekarang mungkin kamu masih junior, tapi besok akan menjadi senior. Sekarang murid, besok menjadi guru saat kembali ke negerimu dan menjadi bermanfaat. Maka jangan pernah merasa tidak berguna.” Kata Syaikh Abbas.

Di saat yang bersamaan, beliau juga memperingatkan untuk tidak sombong dan merasa pintar dengan ilmu yang dipunya. Karena ilmu tidak menjamin seorang akan istikamah di atas hidayah hingga akhir hayatnya.

“Sebagian orang subhanallah, digadang-gadang untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin, tapi ternyata dia hilang dari peredaran, tamat riwayatnya. Ya, hati ini di tangan Allah. Maka hendaknya kita senantiasa memohon agar tetap kokoh dan konsisten di atas kebaikan.”

Sore itu, nasehat dan motivasi dari Syaikh Abbas mengalir deras. Bagai minyak disiram ke bara, membakar semangat muda yang menyala dalam jiwa, sebagaimana hawa musim panas telah membakar kulit kepala.

Semoga Allah membalas kebaikan Syaikhuna Abbas al-Jaunah hafizhahullah, sosok guru sekaligus ayah yang telah berhasil membuat kami senang dan bangga menjadi penuntut ilmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *