Nama tokoh besar kita kali ini tak boleh asing di telinga kaum muslimin. Beliau merupakan menantu nabi serta khalifah rasyidah ketiga dengan segudang keutamaan. Ya, beliau adalah Utsman bin Affan bin Abul Ash bin Umayyah bin Abdu Syams. Berkunyah Abu Amr dan Abu Abdillah al-Qurasyi, al-Umawi.
Beliau memiliki jasa besar terhadap Islam dan kaum muslimin, yang manfaatnya dapat dirasakan baik semasa hidup maupun setelah wafatnya. Bahkan terjaganya integritas agama Islam juga tak luput dari peran beliau.
Salah satu jasanya ialah penyeragaman mushaf pada masa pemerintahan beliau di berbagai penjuru wilayah Islam.
Nah, bagaimana kisahnya? Yuk, kita simak.
Suatu hari Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu datang menemui beliau, setelah sebelumnya ia tergabung dalam pasukan dari Irak yang berperang melawan orang-orang Armenia.
Pada perang tersebut, dua pasukan tergabung; dari Syam dan dari Irak. Hingga terjadi perselisihan di antara mereka terkait bacaan Al-Quran. Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu pun mendengar sesuatu yang tidak baik terkait perselisihan tersebut lantas mengadukannya kepada Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu,
“Wahai Amirul Mukminin, kendalikan umat ini sebelum mereka berselisih terkait Al-Quran, sebagaimana perselisihan yang terjadi pada kaum Yahudi dan Nasrani terkait kitab-kitab mereka.”
Kabar tersebut membuat Utsman radhiyallahu ‘anhu kaget. Beliau lantas mengutus seorang menemui … Ummul Mukminin (ibunda kaum muslimin) Hafshah bintu Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anha dan meminta agar mengirim mushaf Al-Qur’an yang dikumpulkan sebelumnya pada masa Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Selanjutnya beliau (Khalifah Utsman) memerintahkan Zaid bin Tsabit, Said bin al-Ash, Abdullah bin az-Zubair, dan Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam radhiyallahu ‘anhum agar menyalin serta menggandakan manuskrip itu. Khalifah juga memberi arahan agar merujuk pada bahasa Quraisy bila terjadi perbedaan, karena Al-Quran diturunkan dengan bahasa mereka.
Mereka pun melaksanakan perintah khalifah, dan tercetaklah beberapa mushaf. Beliau kemudian mengembalikan naskah asli mushaf tersebut kepada Hafshah bintu Umar radhiyallahu ‘anha dan membagikan salinan naskah tersebut kepada setiap pasukan kaum muslimin. Beliau juga menitahkan agar membakar seluruh mushaf yang tidak sesuai dengan yang dikirimkan kepada mereka.
Disebutkan pula dalam sumber lainnya:
Suatu hari Utsman radhiyallahu ‘anhu menyampaikan khutbah, beliau berkata:
“Wahai umat Islam, kalian baru berpisah dengan nabi kalian selama belasan tahun namun kalian telah meragukan Al-Quran. Sebagian menyatakan qiraah Ubay yang benar, satu lagi menyatakan qiraah Abdullah. Ada juga yang berkata: Demi Allah bacaanmu keliru.
Maka aku perintahkan: barangsiapa yang memiliki potongan kitabullah untuk datang kepadaku.”
Akhirnya benda-benda yang tertulis padanya Al-Quran, baik berupa lembaran kertas maupun kulit dikumpulkan dan para pemiliknya dipanggil satu per satu untuk memberi kesaksian.
“Apakah engkau benar-benar mendengar ini dari nabi dan beliau mendiktekannya kepadamu?” Mereka menjawab, “Ya“.
Beliau lalu menunjuk Said bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu untuk mendiktekan naskah Al-Quran (karena memiliki dialek Arab terbaik) dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu yang menulisnya.
Hingga akhirnya tertulis sekian banyak mushaf dan disebar ke seluruh penjuru kaum muslimin.
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu bukan sekadar pemimpin, tapi figur yang menuliskan sejarah agung. Karya dan buah dari kebijakannya tetap hidup hingga hari ini, dalam setiap bacaan Al-Quran kita.
Sumber: Siyar A’lamin Nubala’
Berkolaborasi dengan Al-Baihaqi Pena


