Di tengah aktivitas belajar intensif di Markiz Aisyah, para penuntut ilmu mendapatkan satu hari istimewa yaitu hari Jumat. Namun jangan dibayangkan sebagai hari pengangguran. Justru di sinilah semangat itu diisi ulang.
Pagi hari kami awali dengan gotong royong besar-besaran. Semua thullab yang datang dari 8 negara berbeda: Indonesia, Yaman, Tanzania, Uganda, Kongo, Aljazair, Guinea, dan Rwanda turun tangan. Ada yang membersihkan karpet masjid, menyikat kamar mandi, merapikan halaman, membakar sampah hingga seabrek taawun lainnya.
Inilah bentuk kepedulian kecil kami kepada Markiz Aisyah. Kebersamaan ini membuat kami merasa seperti satu keluarga besar lintas bangsa. Selesai gotong royong? Bukan berarti santai-santai.
Setiap Jumat sore, kami berbondong-bondong menghadiri kajian umum bersama para masyaikh Ahlussunnah. Kajian ini didukung penuh oleh Kantor Urusan Wakaf dan Bimbingan di Aden, sering kali menghadirkan para ulama besar yang kompeten di bidangnya, memiliki sanad-sanad ilmu, dan terpercaya.
Salah satu kajian yang paling kami gadang-gadang adalah Majelis Ilmi. Inilah giat unggulan di setiap bulan.
Apa yang membuat Majelis Ilmi begitu spesial?
- Mengkaji kitab ringan, sangat cocok untuk semua level penuntut ilmu.
- Waktu yang panjang, dimulai bakda asar dan kadang berakhir hingga jam 8 malam.
- Tempat nyaman, masjid besar ber-AC.
- Kitab dibagikan gratis dari Kantor Wakaf.
- Terkadang disediakan minuman ringan saat istirahat.
Pada pertemuan ke-22 bulan ini, kitab yang dikaji membahas fikih kurban, disampaikan oleh guru kami tercinta: Syekh Abu Muhammad Salah bin Futaini Kantusy hafizhahullah. Diselenggarakan di Masjid al-Khair, Mu’alla, kajian ini dipenuhi antusiasme luar biasa. Bahkan kami harus berebut tempat duduk di dalam minibus agar tidak tertinggal.
Tahukah Antum? Semua kegiatan ilmiah ini didukung langsung oleh Kepala Urusan Wakaf dan Bimbingan Kota Aden: Dr. Muhammad Husain al-Wali hafizhahullah.
Beliau bukan hanya mendukung secara administratif, tetapi turut hadir langsung dalam berbagai kegiatan dakwah. Bahkan, beliau dikenal dekat dengan para masyaikh dan sangat mencintai dakwah Ahlussunnah yang mengikuti bimbingan ulama kibar.
Suatu hal yang sangat jarang kita jumpai di banyak negara muslim lainnya.
Bagi yang selama ini mendamba tempat belajar yang penuh keberkahan, lingkungan yang mendorong untuk menjadi penuntut ilmu sejati, dan sistem dakwah yang mendapat dukungan dari atas hingga bawah; Yaman adalah salah satu tempat langka itu.
Semoga Allah mengabulkan cita-cita Antum untuk belajar langsung di negeri para ulama. Semoga pula Allah menjaga dakwah Ahlussunnah di Yaman, para masyaikhnya, para penguasanya, dan seluruh penuntut ilmunya.
Amin.


