Kata sahabat Ibnu Masud rahimahullah,
اغْدُ عَالِمًا أَو مُتَعَلِّمًا، وَلَا تَغْدُ إِمَّعَةً بَيْنَ ذَلِكَ
“Jadilah seorang ‘alim (yang berilmu) atau muta’allim (pembelajar). Jangan menjadi imma’ah antara keduanya.” (HR. Ibnu Abdil Bar, sanadnya hasan)
Ibnul Atsir menjelaskan makna Imma’ah: “Orang yang tidak punya pendirian, dia ikut-ikutan pendapat semua orang.”
Kata Syaikhuna Munir as-Sa’di hafizhahullah:
Di antara contoh-contoh imma’ah, adalah orang-orang yang silau dengan budaya barat nan kafir. Ia menyerupai, mencontoh dan mengekor kepada mereka.
Duhai sekiranya ia mencontoh mereka dalam hal manufaktur, atau meniru pencapaian mereka dalam hal kemajuan teknologi yang manfaatnya dapat dirasakan oleh Islam dan kaum muslimin.
Tapi sayangnya putra-putri muslimin yang imma’ah ini meniru cara berjalan, gerak-gerik, pakaian, dan potongan rambut, hingga akhirnya menjadi replika orang-orang barat yang kafir.
Para imma’ah ini, di mana akal, penglihatan dan pendengaran mereka. Mana rasa bangganya dengan Islam, mana rasa bangganya dengan prinsip-prinsip, maskulinitas, dan orisinalitasnya sendiri.
Khutbah Jumat Fadhilatusy-Syaikh Munir as-Sa’di dengan Judul: Jangan Menjadi Imma’ah
Baca Juga: Benarkah Dosa Menyebabkan Sial?


