1 November 2025 18:37

Di akhir abad ke-7 Hijriah, dunia Islam menghadapi ujian berat ketika bangsa Tatar dari Kekaisaran Mongol menyerang kaum muslimin. Dalam masa penuh kekacauan itu, terdapat sebuah kisah yang mengajarkan kebijaksanaan dalam menegakkan amar makruf nahi munkar.

Kisah ini melibatkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 🇧🇬, seorang ulama fenomenal yang tak asing di telinga kita.

Kisah Ingkar Munkar dengan Bangsa Tatar

Suatu ketika, dalam sebuah perjalanan bersama rekan-rekannya, beliau melewati sekelompok bangsa Tatar yang sedang asyik berpesta minuman keras. Salah seorang dari rombongan, dengan semangat tinggi untuk mengingkari kemunkaran, bergegas bangkit untuk menegur mereka.

Namun, Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah dengan tenang justru mencegah tindakan tersebut. “Jika mereka dicegah dari meminum khamar, akal mereka akan pulih, dan mereka akan kembali melakukan penyerangan,” pikir beliau penuh pertimbangan.

Lalu beliau menjelaskan, “Khamar itu dilarang karena menghalangi dari zikir dan salat. Namun, dalam kasus mereka, khamar justru menghalangi dari membunuh jiwa, menawan anak-anak, dan merampas harta. Maka biarkanlah mereka!”

Faedah yang Bisa Dipetik

Kisah ini memberikan pelajaran mendalam: tidak setiap kemunkaran harus diingkari secara langsung. Seorang muslim yang bijak akan mempertimbangkan apakah tindakan ingkar munkar yang ia lakukan justru akan mendatangkan mudarat dan kemungkaran yang lebih besar ataukah meredakannya.

Itulah penyebabnya mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam usai membebaskan kota Makkah, meski beliau memiliki kuasa, tidak serta-merta merombak bangunan Ka’bah agar kembali seperti bentuknya di zaman Nabi Ibrahim. Beliau memahami bahwa pemugaran tersebut bisa memicu gejolak di tengah masyarakat yang baru saja memeluk Islam.

Dari kisah ini, kita belajar pentingnya kebijaksanaan dan pemikiran yang jauh ke depan dalam menegakkan kebaikan. Tindakan yang penuh pertimbangan adalah kunci untuk mencegah kemungkaran tanpa menimbulkan keburukan yang lebih besar. Sebuah renungan yang patut kita bawa dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: I’lamul Muwaqqi’in (3/13)

Faedah dars Kitabul Buyu’ min Bulughil Maram bersama Fadhilatusy Syaikh Dr. Arafat Al-Muhammadi hafizhahullah di Masjid al-Iman, Aden.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *