Alkisah, ada seorang pria yang sepanjang hidupnya tidak pernah bercermin melihat rupa wajahnya hingga ia menua. Suatu hari, ia melihat sebuah cermin, mendekat kepadanya, dan untuk pertama kalinya melihat wajahnya.
Saat melihat dirinya sendiri, ia merasa bahwa ia adalah orang yang paling buruk rupa, sangat tidak menarik. Dia pun berpaling dari cermin sambil berkata,
إِذَا لَمْ تَكُ المِرآةُ أَبْدَتْ وَسَامَةً … فَقَدْ أَبْدَتْ المِرآةُ جَبهَةَ ضَيْغَم
“Jika cermin ini tidak menunjukkan ketampanan, maka setidaknya ia telah menampakkan dahi (wajah) seekor singa.”
Memang, singa tidak dikenal karena keindahan wajahnya, tetapi ia tetaplah sang raja hutan karena keberanian dan kegagahannya.
Orang-orang tidak peduli apakah singa itu tampan atau tidak. Karena, keberanian, ketangguhan, dan kekuatannya telah menghapus kekurangan wajahnya.
Artinya, pria itu menyadari bahwa penampilan fisik bukanlah segalanya. 🗡Keberanian, kekuatan, dan kualitas kepribadian juga merupakan kelebihan yang patut disyukuri.
Dari sini kita juga bisa belajar bahwa kekurangan dari satu sisi janganglah lantas membuat kita putus asa, pesimis dan rendah diri. Masih banyak kenikmatan dan kelebihan lain yang Allah berikan, supaya kita tidak berkecil hati.
Faedah Dars Qathrun Nada di Markiz Aisyah, syair di atas menjadi syahid (dasar) bahwa nun dari لم تكن bisa dihapus.


