Di bulan Zulhijah, tentunya kita selalu melewati hari-hari tasyrik setelah Idul Adha, yaitu tanggal 11-13 Zulhijah. Tapi adakah di antara kita yang bertanya-tanya mengapa dinamakan hari Tasyrik?
Berkata asy-Syaikh Abdul Muhsin al Abbad hafizhahullah,
Penamaan hari Tasyrik berasa dari kebiasaan orang-orang dahulu yang mengeringkan daging kurban (sebab jumlahnya yang melimpah) dengan menaburkan garam. Kemudian mereka menjemurnya di bawah sinar matahari agar mengering, sehingga daging dapat disimpan dan dikonsumsi di kemudian hari. Itulah yang disebut dengan al-qadid (daging kering).
Itulah asal penamaan hari Tasyrik (penjemuran) karena pada saat-saat itu daging kurban dijemur.
Syarah Sunan Abi Dawud (7/282)
قال الشيخ عبد المحسن العباد حفظه الله:
ويقال لها: أيام التشريق؛ لأنهم كانوا يقددون اللحم -لكثرته- ويذرون عليه الملح، ثم يجعلونه في الشمس لييبس؛ فيدخرونه ويأكلونه فيما بعد، وهو ما يسمى بالقديد، فقيل لها: أيام التشريق؛ لأنه يشرق فيها اللحم.
📚شرح سنن أبي داود(282/7)
💬 Tabarakallah, ternyata seperti itulah perjuangan orang-orang di zaman dahulu agar dapat mengonsumsi daging kurban yang sangat berlimpah di hari-hari Tasyriq.
Karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk bersyukur kepada Allah yang telah memudahkan kita dengan adanya fasilitas freezer tanpa perlu bersusah payah menjemurnya di bawah terik matahari.
Berkolaborasi dengan Ahlussunnah Ternate


