1 November 2025 21:41

Sobat Baihaqi, ketika Antum melafalkan kata “computer” pasti diawali dengan huruf ” k “ kan (komputer)? Yakni, ejaan dan lafalnya berubah.

Kata “tank”, kita menulisnya sama dengan orang Inggris menulisnya, tapi ternyata secara pelafalan berbeda.

Kok bisa ada perbedaan seperti ini? Mari kita simak penjelasannya.

Perlu diketahui, bahwa ketentuan umum dalam pengindonesiaan kata asing adalah bahwa penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya, sehingga bentuk Indonesianya dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Pada kenyataannya, pengindonesiaan kata atau istilah asing sekurang-kurangnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, kita ringkas penjelasannya sebagai berikut;

Tulisan Tetap, tetapi Ucapan Berubah.

Inilah yang disebut pengindonesiaan berdasarkaan ejaan saja.

Sebagai contoh;

bus → bus
tank → tank
bank → bank


Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa penulisan bahasa asing dan bahasa Indonesianya sama. Yang berubah hanyalah ucapan atau pelafalannya, termasuk kata tank yang harus dilafalkan /taŋ/, bukan /tєŋ/, begitu pula yang lainnya.

Tulisan dan Lafal Berubah

Pada kelompok ini, pengindonesiaan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia berdasarkan ejaan dan lafal sekaligus. Berikut beberapa contohnya;

computer → komputer
generic → generik
genius → genius
focus → fokus

Kata-kata yang tertera sebelah kanan di atas harus dibaca seperti tulisannya. Misalnya, kata komputer, generik, dan genius harus dilafalkan komputer, generik, dan genius , bukan kompyuter, jenerik, dan jenius.

Ketiga kata ini dalam bahasa Indonesia masih sering dilafalkan secara salah. Betul bukan, Sobat Baihaqi?

Unsur Serapan yang Sudah Lazim

Dahulu ketika bahasa Indonesia masih bernama bahasa Melayu, pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia begitu kuat dan ini berlangsung berabad-abad lamanya.

Pada mulanya aturan atau kaidah pengindonesiaan kata asing, baik dari bahasa Arab, Potugis, Belanda, Inggris, maupun Mandarin, belum ada. Oleh karena itu, pengindonesiaan kata asing berlangsung secara tidak beraturan, sehingga sampai saat ini ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan kaidah tapi sudah menjadi bahasa umum.

Di bawah ini beberapa contohnya:

khabar (Arab) kabar
fikr (Arab) pikir
frikadel (Belanda) perkedel

Inilah 3 macam unsur serapan yang bisa kita jadikan dasar ketika kita menemukan kata yang mungkin diserap dari bahasa asing.

Setelah mengetahui 3 macam ini, kira-kira kata “kredit” masuk macam yang mana nih?

Beritahu kami di kolom komentar ya …

Sumber:
Suriyanto, 2019, Ejaan: Buku Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia (versi e-book), Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Pebukuan.


Berkolaborasi dengan Al-Baihaqi Pena

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *