Apabila diibaratkan tulisan itu seperti makanan yang dimakan, penulis yang baik adalah pemakan yang pemilih. Ia tahu makanan yang berkualitas tinggi dan layak dimakan serta mana yang harus dikesampingkan.
Bisa jadi ada makanan yang enak di lidah, tapi berbahaya bagi kesehatan. Seperti itu pula tulisan yang memikat dan menarik minat baca, tapi pada hakikatnya racun yang bisa mematikan.
Orang-orang yang menulis dengan tulisan yang indah kata-katanya, tapi bertentangan dari syariat Islam dan manhajus salaf, seperti itu juga, bisa “membunuh” pelan-pelan.
Ajaran Islam memerintahkan kita untuk menyaring informasi dan memetakan siapa yang layak diambil informasinya, siapa yang perlu ditolak persaksiannya, siapa yang perlu dipertimbangkan dan dikroscek pengakuannya.
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang yang menuduh (berzina terhadap) perempuan yang baik-baik dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (para penuduh itu) delapan puluh kali dan janganlah kamu menerima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nur: 4)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepada kalian membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kalian tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan kalian yang berakibat kalian menyesali perbuatan kalian itu.” (QS Al-Hujurat: 6)
Penulis yang baik adalah pembaca dan pendengar yang baik. Kesabaran menelaah dan mengkajinya bagus. Stamina dalam membaca dan mendengar faedah ilmunya baik. Tidak tergesa-gesa menyimpulkan, selama masa pembacaan belum tuntas. Pandai memanfaatkan peluang dalam mendulang faedah ilmu di mana saja dan kapan saja.
Syaikh Bin Baz rahimahullah itu meskipun di mobil, muridnya bergantian membacakan faedah ilmu. Sehingga perjalanannya tidak kosong dari faedah ilmu. Majduddin Ibnu Taimiyyah rahimahullah , penyusun kitab al-Muntaqa, kakek Syaikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiah rahimahullah , jika akan masuk ke toilet ia suruh orang untuk membaca keras suatu kitab agar beliau tetap bisa mendengar saat menunaikan hajat di dalam toilet itu.
Kita pun juga harus pandai memanfaatkan waktu. Kalau lagi malas membaca, jangan malas untuk mendengar. Sebelum perjalanan panjang, anda bisa unduh durus pelajaran ulama ahlussunnah. Jangan yang berat-berat, yang ringan saja. Dengarkan di perjalanan dengan headset terhubung ke telinga. Tak sampai mengganggu sekitar.
Apabila banyak yang Anda baca dan Anda dengar, bacaan dan audio yang berkualitas, pengetahuan Anda pun meningkat kualitasnya. Yang keluar dari mulut dan tulisan Anda, harapannya juga berkualitas dan jernih.
Oleh: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman
Dari Makalah Pelatihan Menulis, Mengikat Ilmu Sunah Mengabadikan Faedah
Berkolaborasi dengan Al-Baihaqi Pena


