2 November 2025 12:42

Dahulu…

Di masa-masa fitnah Khalqul Qur’an (tersebarnya keyakinan sesat bahwa al-Quran adalah makhluk), Affan bin Muslim as-Shaffar termasuk orang yang pertama diuji keyakinannya.

Suatu ketika Ishaq bin Ibrahim menyidangnya, dia membacakan kepada beliau surat berisi titah dari Khalifah al-Ma’mun yang bunyinya, “Ujilah Affan dan ajak dia untuk meyakini bahwa al-Quran adalah demikian dan demikian. Jika dia mau, maka biarkan posisinya, tapi jika dia menolak maka putuslah bantuan untuknya.” Sebelumnya, al-Ma’mun biasa memberi bulanan 500 dirham untuknya.

Selesai membacakan surat al-Ma’mun, Ishaq mulai menginterogasi, “Sekarang, apa keyakinanmu?”

Affan hanya membacakan surat al-Ikhas hingga selesai lalu berkata, “Apakah yang seperti ini makhluk?!”

“Syaikh, jika kamu tidak mengikuti ajakan al-Ma’mun, maka dia akan mengehentikan bantuan untukmu.” Kata Ishaq mengancam.

Dengan mantap Affan menjawab menggunakan ayat adz-Dzariyat,

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ

“Di langit terdapat pula rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.”

Akibat kejadian ini, Affan bin Muslim harus menderita. Ia kesulitan walau hanya mencari sesuap makan.

•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•

Suatu hari Salamah bin Syabib mencarinya di rumah Imam Ahmad, tapi dia tidak mendapatinya. Para tetangga mengatakan bahwa ia telah keluar dan berjalan ke suatu arah. Salamah pun menyusuri arah yang dimaksud, hingga akhirnya ia mendapati Affan sedang membaca al-Quran di sisi kuburan ponakan Dzur Riasatain.

Spontan Salamah mengingkari perbuatannya, “Jelek sekali perbuatanmu.”

Tapi Affan hanya mengatakan, “Tolong, beri aku roti, beri aku roti,” saking susahnya kondisinya kala itu.

“Semoga perutmu tidak pernah kenyang.” Kata Salamah.

Saat menceritakan kejadian ini kepada Imam Ahmad (di mana beliau sangat mengingkari perbuatan membaca al-Quran di kuburan dan menganggapnya sebagai bidah), Imam Ahmad justru mengatakan kepada Salamah , “Tidak perlu kau menceritakan hal ini dan jangan sekali-kalu kau menceritakannya. Karena Affan telah mengambil sikap yang terpuji dalam fitnah (khalqul Quran).”

Subhanallah, betapa terpujinya sikap Imam Ahmad, beliau tidak ingin mendengar kesalahan saudaranya, apalagi sampai kesalahan tersebut tersebar di tengah masyarakat.

Sumber:

  • Muhadharah Pembukaan Daurah Ibnul Qayyim ke-11, Asy-Syaikh Zakariyya bin Syuaib
  • Tarikh Baghdad
  • Al-Ma’rifah wat Tarikh lil Fasawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *