1 November 2025 18:33

Penuntut ilmu agama yang tak ingat tahun wafat para ulama, mungkin seperti mahasiswa biologi tidak hafal nama ilmiah tumbuhan dan hewan, atau anak IPA yang tidak hafal tabel periodik kimia.

Ya, menghafal tahun wafat para ulama bukan sekedar identitas, kebanggaan dan bagian dari kelezatan ilmu yang dirasakan oleh para penuntutnya. Lebih dari itu, ia seperti legenda dalam peta yang memberikan petunjuk tentang arah yang benar dalam perjalanan pertualangan seorang penuntut ilmu untuk mencari sebuah jawaban.

Untuk Apa Mengingat Tahun Wafat?

Mengetahui tahun wafat para ulama, bisa membantu seorang dalam menilai keabsahan atau tidaknya suatu hadis. Karena, di antara syarat sahnya hadis adalah para perawinya harus benar-benar mendapatkan hadis tersebut dari gurunya. Tidak mungkin seorang mengklaim bahwa ia mendengar hadis dari seorang guru yang telah wafat sebelum ia dilahirkan.

Sebagaimana yang dialami oleh Ismail bin Ayyasy saat sedang berada di Irak, ia bertemu seorang yang mengaku meriwayatkan hadis dari Khalid bin Ma’dan.

“Tahun berapa kamu meriwayatkan hadis dari Khalid bin Ma’dan?” Tanya Ismail.

“Tahun 113.” Kata orang itu.

“Khalid bin Ma’dan telah wafat tujuh tahun sebelumnya.”

Pengelompokan Generasi Berdasarkan Tahun Wafat

Sobat Pejuang Ilmu, tahun wafat juga berguna dalam mengelompokkan para ulama berdasarkan generasinya. Siapa di antara kita yang tak mengenal Abu Hanifah? Sebagian ulama meyakini bahwa beliau termasuk dalam generasi tabiut tabiin (bukan tabiin) karena tidak pernah meriwayatkan hadis dari sahabat.

Namun dengan menilik sejarah, Abu Hanifah lahir di tahun 80 H. Kata para ulama: besar kemungkinan bahwa beliau pernah bertemu dengan sahabat Anas bin Malik yang baru wafat di tahun 93 H. Argumen inilah yang dijadikan dasar oleh mayoritas ulama bahwa Abu Hanifah masuk dalam deretan tabiin.

Klaim Palsu yang Dibantah dengan Tahun Wafat

Dengan tahun wafat pula, seorang bisa menepis tuduhan-tuduhan dusta dan klaim-klaim palsu.

Pernahkah Antum mendengar tentang Ratan al-Hindi? Konon ia muncul di abad ketujuh hijriah lalu mengklaim bahwa dirinya termasuk dari generasi sahabat.

Barangkali Sobat Pejuang Ilmu juga pernah mendengar pernyataan bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiah adalah seorang “Wahabi”. Hal ini dapat dengan mudah dipatahkan dengan fakta bahwa Ibnu Taimiah hidup di antara abad ketujuh dan delapan hijriah, sementara Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hidup di abad ke-12. Bagaimana mungkin seorang dinisbahkan kepada sesuatu yang baru muncul 5 abad setelah wafatnya?

Tip Mengingat Tahun Wafat Ulama

Sobat Pejuang Ilmu, mengingat banyak tahun wafat ulama mungkin bisa terasa berat. Terlebih bagi orang-orang yang “fobia” terhadap angka, hal ini tidaklah mudah. Tetapi jika sobat serius untuk memulainya, ada beberapa tips yang akan memudahkan, biidznillah.

1⃣ Banyak Membaca Kitab
2⃣ Menghubungkan Tahun Wafatnya Ulama dengan Kejadian Lain
3⃣ Mengelompokkan Para Ulama Berdasarkan Kategori Tertentu
4⃣ Menemukan Pola Angka yang Mudah Diingat
5⃣ Murajaah

Banyak Membaca Kitab

Terutama yang berkaitan dengan sejarah dan biografi ulama. Semakin sering kita melewati nama ulama bersama tahun wafatnya, semakin banyak maklumat yang melekat di dalam benak.

Sebagian sejarawan juga telah menulis kitab khusus untuk mendokumentasikan tahun wafat para ulama. Seperti yang dilakukan oleh Ibnu Khallikan dalam Wafayatul A’yan.

Kitab-kitab yang tidak berkaitan dengan biografi dan sejarah juga sangat membantu. Karena biasanya di setiap cetakan kitab, penerbit menyertakan nama penulis dan tahun wafatnya di sampul depan. Maka setiap kali hendak membaca, sempatkan untuk melihat sampul depan dan mengeja nama penulis beserta tahun wafatnya. Misal:

قال الحافظ أبو الفضل شهاب الدين أحمد بن علي بن حجر العسقلاني المتوفى سنة ٨٥٢ هـ…

Menghubungkan Tahun Wafatnya Ulama dengan Kejadian Lain

Tahun-tahun tertentu terkadang menyimpan peristiwa besar yang sulit dilupakan. Kita bisa memanfaatkannya untuk mengingat nama-nama ulama yang wafat di tahun tersebut.

➡️ Seperti tahun 656 H yang menyimpan duka atas runtuhnya kota Baghdad ke tangan Hulagu Khan. Di tahun itu, wafat pula beberapa ulama semisal Syihabud Din az-Zanjani (penulis Takhrijul Ushul alal Furu’), Abdul Azhim al-Mundziri (penulis ringkasan Sunan Abi Dawud), dan Abul Abbas al-Qurthubi (penulis ringkasan Sahih Muslim).

Kita juga bisa menghubungkan tahun wafatnya para ulama dengan lahir/wafatnya ulama lain. Semisal Imam Abu Hanifah yang wafat di tahun 150 H, di tahun itu pula lahir Imam asy-Syafii. Saat asy-Syafii wafat pada 204 H, di tahun itu pula wafat salah satu murid senior Abu Hanifah, al-Hasan bin Ziyad al-Lu’lu’i.

Mengelompokkan Para Ulama Berdasarkan Kategori Tertentu

Misal ulama 4 mazhab, kita bisa mengurutkannya berdasarkan tahun wafat mereka mulai dari Abu Hanifah (150 H), Malik bin Anas (179 H), asy-Syafii (204 H), dan terakhir Ahmad bin Hanbal (241 H). Demikian pula kita bisa membuat kategori para penulis kitab hadis induk, fuqaha’ sab’ah, para ulama yang wafat di tahun yang sama, dsb.

Kita juga bisa membuat tabel pribadi yang memuat tahun wafat para ulama berdasarkan kategori yang telah dibuat tersebut.

Menemukan Pola Angka yang Mudah Diingat

Kita bisa menggabungkan nama ulama yang berurutan tahun wafatnya semisal Ibnu Jarir at-Thabari (310 H) dan Ibnu Khuzaimah (311 H), keduanya sama-sama bernama Muhammad. Atau para ulama yang wafatnya berselang 1 abad semisal Imam Bukhari (256 H) dan Ibnu Hazm (456 H), dsb.

✅ Dengan menemukan pola yang tepat, kita cukup menghafal satu tahun tertentu lalu menghubungkannya dengan tahun lain berdasarkan pola yang sudah kita tentukan.

Bentuk pola yang mudah diingat mungkin saja berbeda antar setiap orang, maka pilih yang termudah bagi kita. Bahkan kita bisa menghubungkan pola angka jam dengan tahun wafat. Misal pukul 7:30 merupakan jam masuk kerja, di tahun 730 H wafat ‘Ala-uddin al-Bukhari penulis Kasyful Asrar.

Murajaah

Pengetahuan yang jarang diulang, betapa cepatnya terlupakan. Maka setiap kali melewati nama ulama di dalam kitab tertentu, cobalah untuk menuliskan di atasnya tahun wafatnya. Demikian pula dalam diskusi, sempatkan untuk menyebutkan tahun wafat ulama yang kita terlintas dalam pembicaraan.

Apakah Sobat Pejuang Ilmu punya tip mudah lainnya? Jika punya, jangan ragu untuk berbagi di kolom komentar. Rabbi zidna ‘ilman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *